Tanjung Puting National Park


WELCOME TO THE WONDER OF TROPICAL RAIN FOREST WHERE WILDLIFE SHARE THEIR STORIES WITH US


Senin, 28 Juni 2010

WELCOME TO TANJUNG PUTING NATIONAL PARK

One of the Conservation area in Indonesia where you can see Orangutan (Pongo pygmaeus), one of the Species of t he Great Apes in the world, living in its natural habitat, together with other tropical flora and fauna.

Keeping the ecosystems sustainability is one part of our mission goal, and we invite you to share it with so you can give a full respect to the nature and spread the appreciation to this conservation area as the lung of the world, and one last fortress for wildlife welfare, together with the communities surroundings.

More than 600 types of Tree, 200 varieties of Orchid, almost 250 species of Birds, 28 species of Large Mammals, 9 species of Primates and still many other life forms share their space inside Tanjung Puting National Park

Come and Visit, Enjoy the wonder of the Tropical Rainforest

Senin, 21 Juni 2010

Keadaan Umum



1. Kondisi umum
Secara administrasi pemerintahan, kawasan Taman Nasional Tanjung Puting termasuk dalam wilayah Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (61%) dan Kecamatan Hanau, Danau Sembuluh, Seruyan Hilir, Kabupaten Seruyan (39%), Provinsi Kalimantan Tengah. Secara geografis terletak antara 2⁰20’LS - 2⁰35’LS dan 111⁰50’BT - 112⁰15’BT.

2. Keadaan Kawasan
a. Iklim dan Hidrologi
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, kawasan TNTP termasuk tipe A dengan nilai Q=10,5% dengan suhu minimum 18-21⁰C dan suhu maksimum 31-33⁰C. Rata-rata curah hujan tahunan 2.180 mm/tahun dan kelembaban nisbi rata-rata 84%. Musim hujan terjadi pada bulan Oktober – April dan sebaliknya musim kemarau terjadi pada bulan Mei – September.
Kawasan TNTP terdiri dari 7 Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Sekonyer, DAS Buluh Kecil, DAS Buluh Besar, DAS Cabang, DAS Perlu, DAS Segintung dan DAS Pembuang.
b. Topografi
Kawasan TNTP mempunyai topografi datar sampai bergelombang dengan ketinggian 0 – 100 meter dari permukaan laut (mdpl).
c. Geologi
Secara geologis, kawasan TNTP berumur relatif masih muda yang sebagian besar berupa sedimen aluvial dengan bentuk fisik tanah berlumpur dan miskin hara.

3. Keadaan Masyarakat
Secara antropologis, masyarakat di sekitar dan dalam kawasan TNTP merupakan perpaduan beberapa entik yang berbeda. Penduduk di Kecamatan Kumai termasuk Suku Melayu dan Dayak Mendawai yang merupakan penduduk asli serta Suku Jawa, Madura dan Bugis yang merupakan pendatang. Kaum pendatang inipun sebenarnya telah dianggap sebagai penduduk asli mengingat secara historis mereka telah bermukim secara turun temurun dalam beberapa generasi. Sedangkan penduduk di Kabupaten Seruyan tergolong Suku Melayu, Banjar dan pendatang dari Jawa. Pemukiman dan desa disinipun tidak eksklusif satu etnik tertentu melainkan sudah berbaur dan kawin-mawin diantara suku-suku tersebut sehingga tercipta koeksistensi damai.

4. Aksesibilitas
Untuk menuju Pangkalan Bun, Ibukota Kabupaten Kotawaringin Barat dapat ditempuh melalui pesawat udara langsung dari Jakarta, Semarang atau Surabaya. Alternatif jalan darat juga bisa ditempuh dari Palangkaraya menuju Pangkalan Bun selama ± 9 Jam. Dari Pangkalan Bun perjalanan dilanjutkan menuju Kumai selama ± 30 menit. Dari kumai dapat melanjutkan perjalanan menggunakan “Klotok” atau Speed boat selama ± 1- 4 jam tergantung lokasi yang dituju.

5. Obyek Wisata yang ada di TNTP
Beberapa obyek wisata yang sering di kunjungi wisatawan adalah : Camp Leakey, Tanjung Harapan, Pondok Tanggui, Pesalat, Pondok Ambung, Desa Sungai Cabang.

Rabu, 16 Juni 2010

Sejarah TNTP


Pada awalnya Tanjung Puting merupakan kawasan untuk melindungi satwa langka Orang Utan (Pongo pygmaeus) dan Bekantan (Nasalis larvatus). Ketetapan ini berdasarkan SK. Kerajaan Kotawaringin / HET ZELFBESTUUR VAN KOTA WARINGIN No. 24 tanggal 13 Juni 1936 dan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda dengan SK. Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 39 tanggal 18 Agustus 1937 seluas 205.000 Hektar (Ha).

Pada tahun 1971, Pusat Rehabilitasi Orang Utan, Camp Leakey didirikan. Camp ini berada di hutan primer yang merupakan habitat asli dari beberapa orangutan yang di rehabilitasi sehingga mampu berperilaku setengah liar sampai liar. Camp Leakey juga diperuntukkan bagi Orang Utan yang baru dilahirkan sampai usia tiga tahun.

Pada tahun 1977, Tanjung Puting ditetapkan sebagai Cagar Biosfer oleh UNESCO dengan area intinya Taman Nasional Tanjung Puting.

Berdasarkan SK Menteri Pertanian No.43/Kpts/DJ/I/1978 tanggal 8 April 1978, ditetapkan Suaka Margasatwa Tanjung Puting seluas 270.040 ha yang terletak di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kotawaringin Timur. Luas SM tersebut merupakan hasil pelaksanaan tata batas pada tahun 1969 s/d 1974 dengan Berita Acara Tata Batas (BATB) tanggal 31 Januari 1977 dengan panjang batas alam 93 Km dan batas buatan 171 Km (hasil temu gelang).

Pada bulan Nopember 1978, Luas kawasan SM Tanjung Puting diperluas 30.000 Ha sehingga luas keseluruhan Kawasan SM Tanjung Puting menjadi 300.040 Ha.
Kawasan perluasan tersebut terletak diantara Sungai Serimbang dan Sungai Segintung berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 698/Kpts/Um/I-1/1978 tanggal 13 Nopember 1978.

Departemen Kehutanan menetapkan Tanjung Puting sebagai Taman Nasional pada tahun 1984 berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No. 096/Kpts-II/84 tanggal 12 Mei 1984 dan berdasarkan SK. Dirjen Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam No. 45/kpts/IV-Sek/84 tanggal 11 Desember 1984, wilayah kerja Taman Nasional Tanjung Puting ditetapkan meliputi Suaka Margasatwa Tanjung Puting seluas 300.040 Ha.

Pada tahun 1996 berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 687/kpts-II/96 tanggal 25 Oktober 1996, luas kawasan Taman Nasional Tanjung Puting bertambah menjadi 415.040 Ha yang terdiri dari Suaka Margasatwa Tanjung Puting seluas 300.040 Ha ditambah Kawasan Hutan Produksi seluas 90.000 Ha (ex. HPH PT. Hesubazah) dan Kawasan perairan seluas 25.000 Ha.